prajuritlele
New Member
Bukan kali ini saja kasus pengaturan skor terjadi di Indonesia.
Kasus pengaturan skor yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan masyarakat umum dan jadi pemberitaan dihampir semua media menjadi permasalahan sepakbola nasional menyentuh titik nadir. Namun ternyata bukan kali ini saja kasus pengaturan skor terjadi, Minggu (21/06/15).
Sepakbola Indonesia akhir-akhir ini banyak menjadi pembicaraan dan pemberitaan namun seperti biasa bukan karena soal raihan prestasi tapi soal kasus pengaturan skor yang sudah lama jadi rahasia umum. Baru-baru ini, seseorang yang berinisial BS menjadi tokoh yang melaporkan tindak pengaturan skor ini kepada Bareskrim Mabes Polri.
Bahkan, menurut BS pengaturan skor di sepak bola Indonesia sudah berlangsung sejak saat lama. Kasus pengaturan skor menurut BS terjadi mulai dari tahun 2000-2010 yang menggunakan dana APBD, dan 2010 sampai 2015 yang menggunakan dana dari investor.
Ini beberapa kasus yang telah terbukti terjadi pengaturan skor, berikut INDOSPORT sajikan laporannya yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Pusamania Borneo FC vs Persebaya Surabaya
Dalam kasus ini, mantan pemain sepak bola yang pernah memperkuat Arema Malang, Johan Ibo menjadi runner (penghubung) antara Bandar dan pemain yang ingin disuap (3 Pemain PBFC). Bahkan, Johan Ibo ternyata bukan hanya sekali ini melakukan suap-menyuap, dia juga pernah melakukannya terhadap salah satu tim asal Papua.
“Saya temukan fakta baru, sebelum kita, hal yang sama juga terjadi di Raja Ampat. Dengan pelaku yang sama pula (Johan Ibo). Kalau ada itikar memperbaiki, harus kita seriusi. Bahan sudah ada, tinggal tindakannya saja. Yang harus kita kejar adalah tindakan PSSI untuk membuka tabir ini,” kata manager PBFC, Dandri Dauri kala itu. Namun sayang kasus ini terhenti ditengah jalan karena aparat hukum menyebut kasus ini tak memiliki cukup bukti.
2. Bontang FC vs PSLS Lhokseumawe
Kali ini masalah datang dari Liga Prima Indonesia tahun 2013, dimana saat itu mempertemuakan antara klub Bontang FC melawan PSLS Lhokseumawe. Laga itu sendiri dimenangkan Bontang FC dengan skor 4-3, saat itu Camara Fode diplot sebagai pelatih. Namun, karena lisesnsi belum memenuhi syarat, ia ditulis sebagai manajer tim pada laga tersebut agar tetap bisa duduk di bangku cadangan.
Camara disebut sebagai pihak yang membagikan uang kepada pemain, dimana uang itu berasal dari pihak ketiga bernama Michael yang diduga mafia asal Malaysia. Uang itu diberikan melalui Yusuf, yang dikatakan berasal dari Surabaya. Camara kemudian membagikan uang kepada pemain di hotel.
“Camara mengakui itu semua kepada kami, meski dia menyebut kalau itu adalah sponsor. Sanksi ini akan kami laporkan ke FIFA, dan hukuman terhadap Camara akan berlaku di seluruh dunia,” kata Ketua Komdis PSSI saat itu, Hinca Pandjaitan.
3. Persipur Purwodadi
Baru-baru ini mantan pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan membeberkan apa yang pernah terjadi di dalam klub yang pernah ditanganinya pada tahun 2013 ini. Ya, klub asal Purwodadi ini melakukan pengaturan skor dengan bayaran Rp 400 juta satu pertandingan.
Tidak hanya itu, bahkan pengaturan skor tersebut diketahui oleh semua pihak Manajemen Purwodadi. “Memang pada saat di (Persipur) Purwodadi semua pemain terlibat, Bandar itu langsung ke manajemen saya. Divisi Utama 50 persen dirusak sama Bandar-bandar Malaysia,” terang Gunawan saat konpresnsi press yang diadakan oleh Tim Advokasi #IndonesiaVsMafiaBola.
4. Persegres Gresik United vs Persik Kediri
Kasus berikutnya juga diungkapkan oleh mantan pelatih Persegres Gresik United, Agus Yuwono yang mengatakan bahwa dirinya juga sempat mendapatkan tawaran untuk mengikuti hasil yang diinginkan oleh bandar, yaitu hasil imbang. Saat itu, Persegres menghadapi Persik Kediri.
“Saya didatangi orang asing, ditunjukan uangnya Rp 200 juta, asal mau mengikuti bandar (minta hasil imbang. Tapi saya tidak mau karena pertandingan pertama di kandang . tapi seusai pertandingan, hasilnya sesuai bandar 1-1. Saya marah sama si penghubung ini, tapi dia bilang kan sudah diatur semua (untuk dapat hasil imbang),” jelas Agus.
Sumber : http://ids.ms/CA4K5oTu
Kasus pengaturan skor yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan masyarakat umum dan jadi pemberitaan dihampir semua media menjadi permasalahan sepakbola nasional menyentuh titik nadir. Namun ternyata bukan kali ini saja kasus pengaturan skor terjadi, Minggu (21/06/15).
Sepakbola Indonesia akhir-akhir ini banyak menjadi pembicaraan dan pemberitaan namun seperti biasa bukan karena soal raihan prestasi tapi soal kasus pengaturan skor yang sudah lama jadi rahasia umum. Baru-baru ini, seseorang yang berinisial BS menjadi tokoh yang melaporkan tindak pengaturan skor ini kepada Bareskrim Mabes Polri.
Bahkan, menurut BS pengaturan skor di sepak bola Indonesia sudah berlangsung sejak saat lama. Kasus pengaturan skor menurut BS terjadi mulai dari tahun 2000-2010 yang menggunakan dana APBD, dan 2010 sampai 2015 yang menggunakan dana dari investor.
Ini beberapa kasus yang telah terbukti terjadi pengaturan skor, berikut INDOSPORT sajikan laporannya yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Pusamania Borneo FC vs Persebaya Surabaya
Dalam kasus ini, mantan pemain sepak bola yang pernah memperkuat Arema Malang, Johan Ibo menjadi runner (penghubung) antara Bandar dan pemain yang ingin disuap (3 Pemain PBFC). Bahkan, Johan Ibo ternyata bukan hanya sekali ini melakukan suap-menyuap, dia juga pernah melakukannya terhadap salah satu tim asal Papua.
“Saya temukan fakta baru, sebelum kita, hal yang sama juga terjadi di Raja Ampat. Dengan pelaku yang sama pula (Johan Ibo). Kalau ada itikar memperbaiki, harus kita seriusi. Bahan sudah ada, tinggal tindakannya saja. Yang harus kita kejar adalah tindakan PSSI untuk membuka tabir ini,” kata manager PBFC, Dandri Dauri kala itu. Namun sayang kasus ini terhenti ditengah jalan karena aparat hukum menyebut kasus ini tak memiliki cukup bukti.
2. Bontang FC vs PSLS Lhokseumawe
Kali ini masalah datang dari Liga Prima Indonesia tahun 2013, dimana saat itu mempertemuakan antara klub Bontang FC melawan PSLS Lhokseumawe. Laga itu sendiri dimenangkan Bontang FC dengan skor 4-3, saat itu Camara Fode diplot sebagai pelatih. Namun, karena lisesnsi belum memenuhi syarat, ia ditulis sebagai manajer tim pada laga tersebut agar tetap bisa duduk di bangku cadangan.
Camara disebut sebagai pihak yang membagikan uang kepada pemain, dimana uang itu berasal dari pihak ketiga bernama Michael yang diduga mafia asal Malaysia. Uang itu diberikan melalui Yusuf, yang dikatakan berasal dari Surabaya. Camara kemudian membagikan uang kepada pemain di hotel.
“Camara mengakui itu semua kepada kami, meski dia menyebut kalau itu adalah sponsor. Sanksi ini akan kami laporkan ke FIFA, dan hukuman terhadap Camara akan berlaku di seluruh dunia,” kata Ketua Komdis PSSI saat itu, Hinca Pandjaitan.
3. Persipur Purwodadi
Baru-baru ini mantan pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan membeberkan apa yang pernah terjadi di dalam klub yang pernah ditanganinya pada tahun 2013 ini. Ya, klub asal Purwodadi ini melakukan pengaturan skor dengan bayaran Rp 400 juta satu pertandingan.
Tidak hanya itu, bahkan pengaturan skor tersebut diketahui oleh semua pihak Manajemen Purwodadi. “Memang pada saat di (Persipur) Purwodadi semua pemain terlibat, Bandar itu langsung ke manajemen saya. Divisi Utama 50 persen dirusak sama Bandar-bandar Malaysia,” terang Gunawan saat konpresnsi press yang diadakan oleh Tim Advokasi #IndonesiaVsMafiaBola.
4. Persegres Gresik United vs Persik Kediri
Kasus berikutnya juga diungkapkan oleh mantan pelatih Persegres Gresik United, Agus Yuwono yang mengatakan bahwa dirinya juga sempat mendapatkan tawaran untuk mengikuti hasil yang diinginkan oleh bandar, yaitu hasil imbang. Saat itu, Persegres menghadapi Persik Kediri.
“Saya didatangi orang asing, ditunjukan uangnya Rp 200 juta, asal mau mengikuti bandar (minta hasil imbang. Tapi saya tidak mau karena pertandingan pertama di kandang . tapi seusai pertandingan, hasilnya sesuai bandar 1-1. Saya marah sama si penghubung ini, tapi dia bilang kan sudah diatur semua (untuk dapat hasil imbang),” jelas Agus.
Sumber : http://ids.ms/CA4K5oTu