Jon E8
Member
Pernah nggak sih kamu lagi deket sama seseorang, chat tiap hari, bahkan udah mulai ngerasa cocok, tapi tiba-tiba dia hilang tanpa kabar? Nggak ada pesan pamit, nggak ada alasan, cuma... hilang aja. Nah, situasi kayak gini dikenal dengan istilah ghosting.
Fenomena ini makin sering terjadi di era digital sekarang. Awalnya mungkin terasa sepele, tapi buat yang “dighosting”, rasanya bisa bikin campur aduk—antara bingung, kecewa, bahkan ngerasa nggak cukup baik. Yuk, kita bahas bareng kenapa orang bisa ghosting dan gimana cara kita nyikapinnya biar nggak terlalu terbawa perasaan.
Apa Itu Ghosting dan Kenapa Bisa Terjadi?
Secara sederhana, ghosting adalah ketika seseorang tiba-tiba memutus komunikasi tanpa penjelasan. Biasanya terjadi di hubungan yang belum terlalu dalam, tapi bisa juga di hubungan yang udah jalan lama.
Ada banyak alasan kenapa orang memilih untuk ghosting. Bisa karena dia merasa nggak nyaman buat ngomong jujur, takut bikin kamu sakit hati, atau malah karena dia sendiri belum tahu apa yang sebenarnya dia mau. Kadang juga karena faktor situasi—misalnya, dia lagi stres atau punya masalah pribadi yang nggak mau dibahas.
Yang jelas, ghosting bukan cuma tentang seseorang menghilang, tapi juga tentang cara dia menghindar dari tanggung jawab emosional.
Rasanya Dighosting Itu... Campur Aduk
Buat kamu yang pernah dighosting, pasti tahu gimana rasanya: awalnya bingung, terus mulai overthinking. “Aku salah ngomong, ya?” atau “Dia udah bosen sama aku?” Pertanyaan-pertanyaan kayak gitu sering muncul, padahal kadang penyebabnya nggak ada hubungannya sama kamu.
Ada juga rasa kehilangan arah—apalagi kalau hubungan kalian udah cukup intens. Bayangin, orang yang biasanya jadi tempat kamu cerita, tiba-tiba nggak bisa dihubungi sama sekali. Rasanya kayak ditinggal tanpa penjelasan di tengah jalan.
Gimana Cara Nyikapinnya Biar Nggak Terlalu Sakit?
Pertama-tama, penting banget buat ingat bahwa ghosting seringkali lebih mencerminkan si pelaku, bukan korban. Kalau seseorang bisa pergi tanpa penjelasan, itu tandanya dia belum siap untuk komunikasi yang dewasa dan terbuka.
Kedua, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Kadang memang nggak ada yang salah dari kamu—cuma orangnya aja yang belum bisa jujur atau nggak tahu cara menyelesaikan hubungan dengan baik.
Coba juga untuk fokus ke diri sendiri dulu. Alihkan energi yang sebelumnya buat mikirin dia, jadi waktu untuk healing atau ngelakuin hal yang kamu suka. Kadang dari pengalaman kayak gini, kita jadi lebih tahu siapa yang layak kita perjuangkan dan siapa yang cuma numpang lewat.
Ghosting di Dunia Digital: Semakin Mudah, Tapi Juga Semakin Rumit
Di era media sosial dan dating apps, ghosting jadi hal yang gampang banget dilakukan. Tinggal berhenti balas chat, blokir akun, dan selesai. Tapi yang sering dilupain, efeknya bisa lama banget buat orang yang ditinggalin.
Komunikasi digital memang bikin semuanya lebih cepat, tapi juga lebih “dingin”. Kadang orang lupa kalau di balik layar itu ada perasaan manusia yang nyata. Makanya, penting banget buat tetap punya empati—even kalau kamu mau mundur dari hubungan.
Ngomong baik-baik itu jauh lebih menghargai, meskipun mungkin nggak nyaman. Siapa tahu dengan sedikit kejujuran, hubungan kalian bisa berakhir dengan tenang, tanpa harus saling menyakiti.
Belajar dari Pengalaman Ghosting
Ghosting memang nggak enak, tapi bisa jadi pelajaran penting tentang batas, kejujuran, dan cara kita memperlakukan orang lain. Kalau kamu pernah dighosting, anggap aja itu cara semesta ngasih tahu bahwa orang itu bukan yang tepat buat kamu.
Dan kalau kamu pernah meng-ghosting orang lain, mungkin sekarang saatnya belajar buat lebih terbuka. Karena pada akhirnya, komunikasi yang jujur akan selalu lebih baik daripada menghilang tanpa jejak.
Ngomongin soal hubungan dan perubahan perasaan, kamu juga bisa baca artikel menarik tentang ilfil dan alasan di balik perasaan yang mendadak hilang yang masih nyambung banget sama topik ini.
Fenomena ini makin sering terjadi di era digital sekarang. Awalnya mungkin terasa sepele, tapi buat yang “dighosting”, rasanya bisa bikin campur aduk—antara bingung, kecewa, bahkan ngerasa nggak cukup baik. Yuk, kita bahas bareng kenapa orang bisa ghosting dan gimana cara kita nyikapinnya biar nggak terlalu terbawa perasaan.
Apa Itu Ghosting dan Kenapa Bisa Terjadi?
Secara sederhana, ghosting adalah ketika seseorang tiba-tiba memutus komunikasi tanpa penjelasan. Biasanya terjadi di hubungan yang belum terlalu dalam, tapi bisa juga di hubungan yang udah jalan lama.
Ada banyak alasan kenapa orang memilih untuk ghosting. Bisa karena dia merasa nggak nyaman buat ngomong jujur, takut bikin kamu sakit hati, atau malah karena dia sendiri belum tahu apa yang sebenarnya dia mau. Kadang juga karena faktor situasi—misalnya, dia lagi stres atau punya masalah pribadi yang nggak mau dibahas.
Yang jelas, ghosting bukan cuma tentang seseorang menghilang, tapi juga tentang cara dia menghindar dari tanggung jawab emosional.
Rasanya Dighosting Itu... Campur Aduk
Buat kamu yang pernah dighosting, pasti tahu gimana rasanya: awalnya bingung, terus mulai overthinking. “Aku salah ngomong, ya?” atau “Dia udah bosen sama aku?” Pertanyaan-pertanyaan kayak gitu sering muncul, padahal kadang penyebabnya nggak ada hubungannya sama kamu.
Ada juga rasa kehilangan arah—apalagi kalau hubungan kalian udah cukup intens. Bayangin, orang yang biasanya jadi tempat kamu cerita, tiba-tiba nggak bisa dihubungi sama sekali. Rasanya kayak ditinggal tanpa penjelasan di tengah jalan.
Gimana Cara Nyikapinnya Biar Nggak Terlalu Sakit?
Pertama-tama, penting banget buat ingat bahwa ghosting seringkali lebih mencerminkan si pelaku, bukan korban. Kalau seseorang bisa pergi tanpa penjelasan, itu tandanya dia belum siap untuk komunikasi yang dewasa dan terbuka.
Kedua, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Kadang memang nggak ada yang salah dari kamu—cuma orangnya aja yang belum bisa jujur atau nggak tahu cara menyelesaikan hubungan dengan baik.
Coba juga untuk fokus ke diri sendiri dulu. Alihkan energi yang sebelumnya buat mikirin dia, jadi waktu untuk healing atau ngelakuin hal yang kamu suka. Kadang dari pengalaman kayak gini, kita jadi lebih tahu siapa yang layak kita perjuangkan dan siapa yang cuma numpang lewat.
Ghosting di Dunia Digital: Semakin Mudah, Tapi Juga Semakin Rumit
Di era media sosial dan dating apps, ghosting jadi hal yang gampang banget dilakukan. Tinggal berhenti balas chat, blokir akun, dan selesai. Tapi yang sering dilupain, efeknya bisa lama banget buat orang yang ditinggalin.
Komunikasi digital memang bikin semuanya lebih cepat, tapi juga lebih “dingin”. Kadang orang lupa kalau di balik layar itu ada perasaan manusia yang nyata. Makanya, penting banget buat tetap punya empati—even kalau kamu mau mundur dari hubungan.
Ngomong baik-baik itu jauh lebih menghargai, meskipun mungkin nggak nyaman. Siapa tahu dengan sedikit kejujuran, hubungan kalian bisa berakhir dengan tenang, tanpa harus saling menyakiti.
Belajar dari Pengalaman Ghosting
Ghosting memang nggak enak, tapi bisa jadi pelajaran penting tentang batas, kejujuran, dan cara kita memperlakukan orang lain. Kalau kamu pernah dighosting, anggap aja itu cara semesta ngasih tahu bahwa orang itu bukan yang tepat buat kamu.
Dan kalau kamu pernah meng-ghosting orang lain, mungkin sekarang saatnya belajar buat lebih terbuka. Karena pada akhirnya, komunikasi yang jujur akan selalu lebih baik daripada menghilang tanpa jejak.
Ngomongin soal hubungan dan perubahan perasaan, kamu juga bisa baca artikel menarik tentang ilfil dan alasan di balik perasaan yang mendadak hilang yang masih nyambung banget sama topik ini.