Jon E8
Member
Pernah nggak sih kamu merasa sudah berusaha sekuat tenaga, tapi hasilnya tetap saja terasa kurang? Misalnya, kamu sudah kerja keras di kantor, lembur, bahkan belajar hal baru, tapi tetap saja merasa “kok belum cukup ya?”. Atau mungkin di hubungan, kamu sudah berusaha jadi pasangan yang pengertian dan suportif, tapi tetap merasa kurang dihargai.
Perasaan “nggak cukup” ini ternyata dialami banyak orang, lho. Dan menariknya, penyebabnya nggak selalu karena hasil kerja kita kurang baik. Kadang, yang bikin kita merasa begitu justru karena cara kita menilai diri sendiri yang terlalu keras. Yuk, bahas bareng-bareng kenapa hal ini bisa terjadi dan gimana cara menyikapinya dengan lebih sehat.
1. Standar Diri yang Terlalu Tinggi
Banyak dari kita tumbuh dengan dorongan untuk jadi “yang terbaik”. Niatnya bagus, supaya kita punya motivasi dan arah hidup yang jelas. Tapi kalau standar itu terlalu tinggi atau nggak realistis, malah bisa jadi sumber stres.
Contohnya, kamu menargetkan harus naik jabatan dalam setahun, padahal kondisi perusahaan lagi nggak stabil. Atau kamu pengin punya penghasilan sekian juta per bulan, tapi belum memperhitungkan waktu dan pengalaman yang dibutuhkan. Akibatnya, setiap kali belum tercapai, kamu langsung merasa gagal, padahal sebenarnya kamu sudah berkembang jauh dibanding sebelumnya.
Coba deh sesekali lihat progres kamu, bukan cuma hasil akhir. Dengan begitu, kamu bisa lebih menghargai setiap langkah kecil yang sudah kamu tempuh.
2. Membandingkan Diri Terlalu Sering
Siapa di antara kita yang nggak pernah scrolling media sosial lalu tiba-tiba merasa hidup orang lain lebih keren? Teman seumuran sudah punya mobil, rumah, atau keliling dunia, sementara kita masih sibuk mikirin cicilan.
Padahal, yang kita lihat di media sosial cuma potongan terbaik dari hidup seseorang. Nggak ada yang upload perjuangan di balik layar atau momen rapuh mereka. Jadi, kalau kamu terus membandingkan diri dengan versi “highlight” orang lain, ya jelas kamu akan merasa kalah terus.
Coba ubah perspektifnya. Daripada iri, jadikan itu inspirasi. Tanyakan ke diri sendiri: “apa yang bisa aku pelajari dari mereka?” Dengan begitu, kamu tetap termotivasi tanpa kehilangan rasa percaya diri.
3. Lingkungan yang Kurang Mendukung
Kadang, rasa nggak cukup juga datang karena kita berada di lingkungan yang salah. Misalnya, di tempat kerja yang jarang memberi apresiasi atau di pertemanan yang lebih sering menjatuhkan daripada mendukung.
Kalau kamu terus dikelilingi orang-orang seperti itu, lama-lama kamu bakal mulai percaya bahwa kamu memang “kurang”. Padahal sebenarnya, kamu hanya belum berada di tempat yang tepat untuk tumbuh.
Pilih lingkungan yang bisa menghargai usahamu, bukan cuma hasilmu. Orang-orang seperti itu akan bantu kamu melihat nilai dirimu yang sebenarnya.
4. Lupa Menghargai Diri Sendiri
Kita sering sibuk mencari validasi dari orang lain, tapi lupa memberi penghargaan ke diri sendiri. Padahal, sekecil apa pun pencapaianmu tetap layak dirayakan. Misalnya, berhasil bangun pagi setelah seminggu susah tidur, atau bisa menahan diri buat nggak overthinking hal kecil. Itu semua bentuk kemajuan, lho.
Coba biasakan memberi afirmasi positif pada diri sendiri. Katakan hal sederhana seperti, “Aku sudah berusaha dengan baik hari ini.” Kedengarannya sepele, tapi dampaknya besar buat kesehatan mental dan rasa percaya dirimu.
5. Menerima Bahwa “Cukup” Itu Nggak Sama dengan “Berhenti”
Banyak orang takut merasa “cukup” karena dikira itu sama dengan puas diri atau malas berkembang. Padahal, merasa cukup itu artinya kamu menghargai proses dan tetap punya ruang untuk bertumbuh tanpa harus menyiksa diri.
“Cukup” bukan berarti kamu berhenti berusaha, tapi kamu berhenti membandingkan dan mulai berdamai dengan perjalanan hidupmu sendiri. Kamu tetap bisa punya ambisi, tapi dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.
6. Menyadari Nilai Diri Bukan dari Pengakuan Orang Lain
Sering kali, rasa nggak cukup muncul karena kita mengandalkan pengakuan dari luar. Kalau dipuji, kita senang. Tapi begitu nggak ada yang komentar, kita langsung merasa nggak berarti.
Padahal, nilai diri nggak bisa ditentukan dari seberapa banyak orang yang mengakui kamu, tapi dari seberapa kamu menghargai diri sendiri.
Belajar menerima bahwa kamu tetap berharga meskipun belum sempurna — karena nggak ada satu pun manusia yang benar-benar sempurna.
Yuk, Belajar Menerima Diri dengan Lapang
Merasa nggak cukup itu manusiawi banget. Tapi kalau kamu terus terjebak di perasaan itu, kamu akan sulit menikmati hidup yang sebenarnya penuh warna. Belajarlah untuk menghargai proses, berhenti membandingkan, dan mulai melihat dirimu dengan lebih lembut.
Kalau kamu pernah merasa jadi “pilihan kedua” dalam hidup — baik di pekerjaan, hubungan, atau pertemanan — mungkin kamu akan relate dengan pembahasan di artikel ini: arti second choice dan makna yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari. Artikel itu bisa bantu kamu memahami kenapa perasaan seperti itu muncul, dan gimana cara berdamai dengan situasi tersebut.
Perasaan “nggak cukup” ini ternyata dialami banyak orang, lho. Dan menariknya, penyebabnya nggak selalu karena hasil kerja kita kurang baik. Kadang, yang bikin kita merasa begitu justru karena cara kita menilai diri sendiri yang terlalu keras. Yuk, bahas bareng-bareng kenapa hal ini bisa terjadi dan gimana cara menyikapinya dengan lebih sehat.
1. Standar Diri yang Terlalu Tinggi
Banyak dari kita tumbuh dengan dorongan untuk jadi “yang terbaik”. Niatnya bagus, supaya kita punya motivasi dan arah hidup yang jelas. Tapi kalau standar itu terlalu tinggi atau nggak realistis, malah bisa jadi sumber stres.
Contohnya, kamu menargetkan harus naik jabatan dalam setahun, padahal kondisi perusahaan lagi nggak stabil. Atau kamu pengin punya penghasilan sekian juta per bulan, tapi belum memperhitungkan waktu dan pengalaman yang dibutuhkan. Akibatnya, setiap kali belum tercapai, kamu langsung merasa gagal, padahal sebenarnya kamu sudah berkembang jauh dibanding sebelumnya.
Coba deh sesekali lihat progres kamu, bukan cuma hasil akhir. Dengan begitu, kamu bisa lebih menghargai setiap langkah kecil yang sudah kamu tempuh.
2. Membandingkan Diri Terlalu Sering
Siapa di antara kita yang nggak pernah scrolling media sosial lalu tiba-tiba merasa hidup orang lain lebih keren? Teman seumuran sudah punya mobil, rumah, atau keliling dunia, sementara kita masih sibuk mikirin cicilan.
Padahal, yang kita lihat di media sosial cuma potongan terbaik dari hidup seseorang. Nggak ada yang upload perjuangan di balik layar atau momen rapuh mereka. Jadi, kalau kamu terus membandingkan diri dengan versi “highlight” orang lain, ya jelas kamu akan merasa kalah terus.
Coba ubah perspektifnya. Daripada iri, jadikan itu inspirasi. Tanyakan ke diri sendiri: “apa yang bisa aku pelajari dari mereka?” Dengan begitu, kamu tetap termotivasi tanpa kehilangan rasa percaya diri.
3. Lingkungan yang Kurang Mendukung
Kadang, rasa nggak cukup juga datang karena kita berada di lingkungan yang salah. Misalnya, di tempat kerja yang jarang memberi apresiasi atau di pertemanan yang lebih sering menjatuhkan daripada mendukung.
Kalau kamu terus dikelilingi orang-orang seperti itu, lama-lama kamu bakal mulai percaya bahwa kamu memang “kurang”. Padahal sebenarnya, kamu hanya belum berada di tempat yang tepat untuk tumbuh.
Pilih lingkungan yang bisa menghargai usahamu, bukan cuma hasilmu. Orang-orang seperti itu akan bantu kamu melihat nilai dirimu yang sebenarnya.
4. Lupa Menghargai Diri Sendiri
Kita sering sibuk mencari validasi dari orang lain, tapi lupa memberi penghargaan ke diri sendiri. Padahal, sekecil apa pun pencapaianmu tetap layak dirayakan. Misalnya, berhasil bangun pagi setelah seminggu susah tidur, atau bisa menahan diri buat nggak overthinking hal kecil. Itu semua bentuk kemajuan, lho.
Coba biasakan memberi afirmasi positif pada diri sendiri. Katakan hal sederhana seperti, “Aku sudah berusaha dengan baik hari ini.” Kedengarannya sepele, tapi dampaknya besar buat kesehatan mental dan rasa percaya dirimu.
5. Menerima Bahwa “Cukup” Itu Nggak Sama dengan “Berhenti”
Banyak orang takut merasa “cukup” karena dikira itu sama dengan puas diri atau malas berkembang. Padahal, merasa cukup itu artinya kamu menghargai proses dan tetap punya ruang untuk bertumbuh tanpa harus menyiksa diri.
“Cukup” bukan berarti kamu berhenti berusaha, tapi kamu berhenti membandingkan dan mulai berdamai dengan perjalanan hidupmu sendiri. Kamu tetap bisa punya ambisi, tapi dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.
6. Menyadari Nilai Diri Bukan dari Pengakuan Orang Lain
Sering kali, rasa nggak cukup muncul karena kita mengandalkan pengakuan dari luar. Kalau dipuji, kita senang. Tapi begitu nggak ada yang komentar, kita langsung merasa nggak berarti.
Padahal, nilai diri nggak bisa ditentukan dari seberapa banyak orang yang mengakui kamu, tapi dari seberapa kamu menghargai diri sendiri.
Belajar menerima bahwa kamu tetap berharga meskipun belum sempurna — karena nggak ada satu pun manusia yang benar-benar sempurna.
Yuk, Belajar Menerima Diri dengan Lapang
Merasa nggak cukup itu manusiawi banget. Tapi kalau kamu terus terjebak di perasaan itu, kamu akan sulit menikmati hidup yang sebenarnya penuh warna. Belajarlah untuk menghargai proses, berhenti membandingkan, dan mulai melihat dirimu dengan lebih lembut.
Kalau kamu pernah merasa jadi “pilihan kedua” dalam hidup — baik di pekerjaan, hubungan, atau pertemanan — mungkin kamu akan relate dengan pembahasan di artikel ini: arti second choice dan makna yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari. Artikel itu bisa bantu kamu memahami kenapa perasaan seperti itu muncul, dan gimana cara berdamai dengan situasi tersebut.