politik
New Member
“Sudahlah, banyak orang kecewa. Saya juga kecewa dengan mereka,” adalah kata-kata PM Malaysia Mahathir Mohamad. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Tanggapannya itu menyusul komentar dari politisi Nurul Izzah Anwar, yang juga merupakan putri dari calon Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Nurul mengatakan bahwa dia tidak puas dengan pemerintahan Dr Mahathir dan menyebut Perdana Menteri itu sebagai seorang “diktator.” Nurul menambahkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari posisinya di Parlemen setelah masa jabatannya berakhir.
Oleh: Anna Maria Romero (The Independent Singapore)
Perdana Menteri Malaysia Dr Tun Mahathir Mohamad tidak terlalu senang dengan komentar kritis yang dibuat oleh Nurul Izzah Anwar dalam sebuah wawancara dengan The Straits Times (ST), meskipun Mahathir Mohamad hanya memberikan tanggapan singkat. Politisi lain, bagaimanapun, memberikan komentar yang lebih tajam.
Pada sebuah acara layanan sipil pada Senin (25/3), seorang jurnalis bertanya kepada Dr Mahathir tentang wawancara Nurul, yang telah dipublikasikan pada Jumat (22/3).
Perdana Menteri itu hanya berkomentar, “Sudahlah, banyak orang kecewa. Saya juga kecewa dengan mereka.” Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Nurul adalah anak tertua dari Anwar Ibrahim (calon Perdana Menteri Malaysia) dan Dr Wan Azizah Wan Ismail, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri wanita pertama di negara itu.
Nurul juga adalah anggota Parlemen tiga periode di Malaysia dan seorang tokoh politik.
Dalam wawancaranya, dia mengatakan kepada surat kabar Singapura itu, bahwa dia tidak puas dengan pemerintahan Dr Mahathir dan “patah hati” karena harus bekerja dengannya. Selain itu, dia menyebut Perdana Menteri itu sebagai seorang “diktator.”
Dia menambahkan bahwa karena dia tidak lagi percaya pada pemerintahan koalisi Dr Mahathir Pakatan Harapan (PH), dia akan mengundurkan diri dari posisinya di Parlemen setelah masa jabatannya berakhir.
Nurul juga mengingat ketika ayahnya, Anwar Ibrahim, dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri dan kemudian dipenjara pada tahun 1998, mengatakan bahwa hal ini telah mengorbankan hubungan mereka.
Pada 23 Maret—sehari setelah wawancara Nurul dengan ST diterbitkan—sebuah berita dipublikasikan di media Malaysia, bahwa ia telah mengundurkan diri dari Komite Akun Publik (PAC) di parlemen. The New Straits Times mengatakan bahwa Direktur Komunikasi Parti Keadilan Rakyat (PKR) Fahmi Fadzil membenarkan hal ini.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Anna Maria Romero (The Independent Singapore)
Perdana Menteri Malaysia Dr Tun Mahathir Mohamad tidak terlalu senang dengan komentar kritis yang dibuat oleh Nurul Izzah Anwar dalam sebuah wawancara dengan The Straits Times (ST), meskipun Mahathir Mohamad hanya memberikan tanggapan singkat. Politisi lain, bagaimanapun, memberikan komentar yang lebih tajam.
Pada sebuah acara layanan sipil pada Senin (25/3), seorang jurnalis bertanya kepada Dr Mahathir tentang wawancara Nurul, yang telah dipublikasikan pada Jumat (22/3).
Perdana Menteri itu hanya berkomentar, “Sudahlah, banyak orang kecewa. Saya juga kecewa dengan mereka.” Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Nurul adalah anak tertua dari Anwar Ibrahim (calon Perdana Menteri Malaysia) dan Dr Wan Azizah Wan Ismail, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri wanita pertama di negara itu.
Nurul juga adalah anggota Parlemen tiga periode di Malaysia dan seorang tokoh politik.
Dalam wawancaranya, dia mengatakan kepada surat kabar Singapura itu, bahwa dia tidak puas dengan pemerintahan Dr Mahathir dan “patah hati” karena harus bekerja dengannya. Selain itu, dia menyebut Perdana Menteri itu sebagai seorang “diktator.”
Dia menambahkan bahwa karena dia tidak lagi percaya pada pemerintahan koalisi Dr Mahathir Pakatan Harapan (PH), dia akan mengundurkan diri dari posisinya di Parlemen setelah masa jabatannya berakhir.
Nurul juga mengingat ketika ayahnya, Anwar Ibrahim, dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri dan kemudian dipenjara pada tahun 1998, mengatakan bahwa hal ini telah mengorbankan hubungan mereka.
Pada 23 Maret—sehari setelah wawancara Nurul dengan ST diterbitkan—sebuah berita dipublikasikan di media Malaysia, bahwa ia telah mengundurkan diri dari Komite Akun Publik (PAC) di parlemen. The New Straits Times mengatakan bahwa Direktur Komunikasi Parti Keadilan Rakyat (PKR) Fahmi Fadzil membenarkan hal ini.
Baca Artikel Selengkapnya di sini