hidupsehat
New Member
Olahraga memiliki keuntungan tambahan bagi anak dengan autisme. Penelitian yang dimuat di jurnal kedokteran Developmental Medicine and Child Neurology, Inggris, menunjukkan 79 anak dengan autisme memiliki penurunan fungsi gerak. Hal itu bisa bertambah parah dengan gaya hidup tak aktif.
Penelitian menunjukkan aktivitas fisik selama 20 menit per hari dapat menurunkan perilaku negatif, hiperaktivitas, dan agresivitas bagi anak dengan autisme. Berolahraga tidak hanya membantu anak dengan autisme lebih peduli dengan lingkungannya, tapi juga menurunkan bobot yang berujung pada tingkat kesehatan yang lebih baik.
Rekomendasi olahraga untuk anak autisme menurut dokter
Semua olahraga pada dasarnya bagus. Namun, jika Anda bingung menentukan jenis olahraga paling tepat untuk mengajak anak Anda, dr. Melly Budhiman dari Yayasan Autisme Indonesia bisa membantu Anda. Menurut dokter spesialis kejiwaan ini, pilihan terbaik bagi anak dengan autisme adalah melakukan kegiatan fisik di luar ruangan atau outbond.
Udara terbuka, yang bebas polusi, membantu regenerasi sel-sel saraf yang terbiasa menghirup udara dari pendingin udara yang bisa saja kotor atau tercampur zat-zat tertentu. Jika sudah berada di luar ruangan, Dokter Melly melanjutkan, bebaskan anak untuk memilih aktivitas yang dia sukai. Entah itu berlari-larian, memanjat pohon, dan sebagainya.
Saat anak tidak memiliki preferensi, orang tua bisa mengajaknya bermain sepeda. Dengan bersepeda, anak dengan autisme bisa mengasah keseimbangan dan fokus. “Keseimbangan anak jadi bagus, motorik kaki lebih bagus, begitu juga fokusnya, sehingga mereka menjadi lebih tenang,” ujar Dokter Melly.
Tips mengajak anak dengan autisme untuk berolahraga
Pilihan lain adalah berenang, yang menuntut gerak secara menyeluruh di hampir seluruh bagian badan. Saat si anak menyukai renang, ajari dia berenang dengan benar. Dokter Melly menyarankan anak dengan autisme menguasai renang gaya bebas. Dalam freestyle terdapat gerakan mengambil napas dengan kepala menoleh. “Napas dengan kepala miring itu merupakan olahraga otak,” kata dia.
· Konsultasikan rencana olahraga dengan dokter.
· Mulai aktivitas dengan intensitas ringan dan lambat. Perhatikan baik-baik tanda-tanda kelelahan pada anak, misalnya, napas tersengal, kram otot, dan pusing.
· Pastikan anak cukup tidur dan minum air putih sebelum berolahraga.
Jika anak menikmati olahraga dengan intensitas ringan, intensitas bisa ditingkatkan secara perlahan-lahan.
Penelitian menunjukkan aktivitas fisik selama 20 menit per hari dapat menurunkan perilaku negatif, hiperaktivitas, dan agresivitas bagi anak dengan autisme. Berolahraga tidak hanya membantu anak dengan autisme lebih peduli dengan lingkungannya, tapi juga menurunkan bobot yang berujung pada tingkat kesehatan yang lebih baik.
Rekomendasi olahraga untuk anak autisme menurut dokter
Semua olahraga pada dasarnya bagus. Namun, jika Anda bingung menentukan jenis olahraga paling tepat untuk mengajak anak Anda, dr. Melly Budhiman dari Yayasan Autisme Indonesia bisa membantu Anda. Menurut dokter spesialis kejiwaan ini, pilihan terbaik bagi anak dengan autisme adalah melakukan kegiatan fisik di luar ruangan atau outbond.
Udara terbuka, yang bebas polusi, membantu regenerasi sel-sel saraf yang terbiasa menghirup udara dari pendingin udara yang bisa saja kotor atau tercampur zat-zat tertentu. Jika sudah berada di luar ruangan, Dokter Melly melanjutkan, bebaskan anak untuk memilih aktivitas yang dia sukai. Entah itu berlari-larian, memanjat pohon, dan sebagainya.
Saat anak tidak memiliki preferensi, orang tua bisa mengajaknya bermain sepeda. Dengan bersepeda, anak dengan autisme bisa mengasah keseimbangan dan fokus. “Keseimbangan anak jadi bagus, motorik kaki lebih bagus, begitu juga fokusnya, sehingga mereka menjadi lebih tenang,” ujar Dokter Melly.
Tips mengajak anak dengan autisme untuk berolahraga
Pilihan lain adalah berenang, yang menuntut gerak secara menyeluruh di hampir seluruh bagian badan. Saat si anak menyukai renang, ajari dia berenang dengan benar. Dokter Melly menyarankan anak dengan autisme menguasai renang gaya bebas. Dalam freestyle terdapat gerakan mengambil napas dengan kepala menoleh. “Napas dengan kepala miring itu merupakan olahraga otak,” kata dia.
· Konsultasikan rencana olahraga dengan dokter.
· Mulai aktivitas dengan intensitas ringan dan lambat. Perhatikan baik-baik tanda-tanda kelelahan pada anak, misalnya, napas tersengal, kram otot, dan pusing.
· Pastikan anak cukup tidur dan minum air putih sebelum berolahraga.
Jika anak menikmati olahraga dengan intensitas ringan, intensitas bisa ditingkatkan secara perlahan-lahan.