Panic Buying, Mengapa Terjadi Lagi?

Status
Not open for further replies.

Kukuh_03

New Member
Panic Buying, Mengapa Terjadi Lagi?

Bisnis, JAKARTA - L’Histoire se Répète, sejarah mengulang dirinya, begitu pepatah Prancis menyebutkan soal kemungkinan berulangnya sebuah sejarah.Biasanya, sejarah berulang dalam fase yang lama. Tapi, di masa pandemi ini, kejadian yang sama bisa berulang dalam waktu yang relatif dekat. Faktanya, peristiwa orang panik berbelanja atau panic buying kembali terjadi di Indonesia. Di awal pandemi, saat Pemerintah pertama kali mengkonfirmasi masuknya virus Corona jenis baru ke Indonesia, masyarakat serta merta panik. Mereka melakukan aksi penyelamatan dengan caranya sendiri-sendiri.

Aksi borong masker dan hand sanitizer tak terelakkan. Sejumlah ritel modern menyatakan stok masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) ludes diserbu masyarakat. Kepanikan bermula ketika Senin (2/3/2020), Presiden Joko Widodo mengumumkan terdapat dua warga negara Indonesia yang positif tertular virus Corona.

“Setelah pengumuman itu [temuan virus corona], fenomena di toko-toko kami setelah jam 12 ada lonjakan konsumen berbelanja di kita. Antrean sangat signifikan sampai sekarang di toko-toko kami,” kata Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour Satria Hamid.

Saat itu terjadi antrean panjang di sejumlah toko ritelnya, antara lain yang berada di kawasan Jakarta, Depok, Bogor, dan Bandung. Barang-barang yang banyak diburu konsumen seperti sembako, cairan pembersih tangan, sabun, dan masker. Padahal, jika masyarakat lebih tenang, tidak perlu terjadi lonjakan permintaan hingga 20 kali lipat.

Tak jauh berbeda, Wiwiek Yusuf, Marketing Director PT Indomarco Prismatama (Indomaret) menyebut stok masker dan cairan pembersih tangan dari pemasok tidak stabil sejak beberapa minggu terakhir. “Karena banyak konsumen yang cari. Di kami terbatas karena pasokan terbatas,” jelasnya.

Kisah di tahun 2020 itu nyatanya kembali terulang saat ini. Penetapan PPKM Darurat oleh pemerintah diiringi aksi beli produk tertentu. Harga beberapa produk pun melambung tinggi.
Pemerintah tentu tak tinggal diam. Selain menetapkan HET untuk produk tertentu terkait Covid-19, masyarakat juga diimbau untuk tenang. Imbauan itu misalnya disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro. Reisa mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan panic buying saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Meskipun aktivitas banyak dibatasi, masyarakat diminta tidak belanja berlebihan.

Baca : Panic Buying, Berburu Susu Sapi Berbentuk Naga di Kaleng Beruang

"Panic buying ini fenomena yang berasal dari ketakutan seseorang yang tidak rasional akibat Covid-19. Mereka yang panik justru akan membuat dirinya melanggar tameng atau protokol kesehatan yang harusnya dilakukan. Mereka rela rebutan dan berdesakan di tempat belanja untuk mendapatkan bahan belanja,"ujarnya secara virtual di Instagram live @radiokesehatan.

Mengingat ke belakang, saat Covid-19 baru mencuat di Indonesia, harga masker dan susu melambung tinggi. Penyebabnya, ya itu tadi, karena panic buying. Banyak pihak yang menjual dengan harga sangat mahal saat kebutuhan pasar melonjak. Reisa menyayangkan oknum yang sengaja menimbun barang tersebut. Di saat situasi sedang genting masih ada yang memanfaatkan keadaan untuk mencari keuntungan dengan cara jahat. Oknum seperti itu selalu ada dan bisa memanfaatkan keadaan, oleh karena itu masyarakat harus lebih bijak dalam berbelanja selama PPKM Darurat ini. Selain lebih aman, dengan mematuhi protokol kesehatan akan menekan untuk timbulnya fenomena panic buying lagi.

Reisa juga mengatakan Pemerintah akan selalu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan menjamin tidak akan kehabisan kebutuhan pokok. Berbelanja dengan jumlah fantastis untuk ditimbun justru membuat keadaan menjadi tidak stabil.

"Jangan termakan oleh isu untuk melakukan panic buying. Jangan sampai fenomena masker dan susu terulang kembali. Tetap patuhi protokol kesehatan dan jangan lupa lakukan vaksinasi," tandas Reisa.

Peran masyarakat, jelasnya, akan mendukung peran yang diambil pemerintah pusat dan pemerintah daerah, aparat hukum dan personel TNI Polri, dalam pelaksanaan pengetatan aktivitas pada masa PPKM Darurat.

Namun, kepanikan terlanjur berulang dengan cepat. Imbauan Reisa berbeda dengan apa yang dikhawatirkan masyarakat. Mereka memilih memborong barang tertentu untuk meredakan kepanikan yang melanda. Mereka khawatir tidak kebagian, khawatir barang tidak tersedia dan sejenisnya. Perasaan itulah yang menambah kepanikan yang kadung terjadi.

Kepanikan yang terjadi tak ubahnya foto kopi dari kejadian sebelumnya. Lantas, betulkah sejarah kepanikan sedang berulang? Jika pun tidak bisa dikatakan begitu, bisa jadi apa yang dikatakan Jacques Deval, seorang penulis skenario, dan sutradara film Prancis ada benarnya.

Deval mengatakan bahwa L'histoire ne se répète pas, mais elle se plagie. Sejarah tidak berulang, tetapi ia meniru dirinya sendiri.

 
Status
Not open for further replies.
Loading...
Top