politik
New Member
TNI mengirim tambahan personelnya ke Kabupaten Nduga, Papua. Tambahan pasukan TNI di Papua menimbulkan protes warga, karena mereka merasa semakin terancam. Selain upaya untuk menangkap tersangka pembunuh pekerja konstruksi, TNI mengirim 600 tentara ke Nduga pekan lalu untuk melanjutkan pembangunan jembatan dan jalan raya Trans Papua.
Oleh: Victor Mambor (Asia Pacific Report)
Ketenangan belum kembali ke Kabupaten Nduga di provinsi Papua, Indonesia di mana pemberontak pro-kemerdekaan menewaskan 19 pekerja konstruksi pada bulan Desember. Kekerasan itu memaksa warga melarikan diri untuk menghindari bentrokan antara pemberontak dan pasukan militer Indonesia, TNI.
TNI dan polisi telah meluncurkan kode operasi bernama “Operasi Nemangkawi” untuk menangkap mereka yang diduga bertanggung jawab atas pembunuhan pekerja yang membangun jalan raya Trans-Papua.
Juru bicara TNI regional Kolonel Muhamad Aidi mengatakan belum ada penangkapan sejauh ini.
“Kami telah fokus pada pemulihan keamanan, melindungi warga negara dan orang-orang terlantar,” kata Aidi.
Sementara itu, ada kekhawatiran bahwa lebih banyak kekerasan bisa meletus.
“Kami takut untuk kembali ke desa kami karena masih ada tentara dan polisi,” kata Usman Lokbere, seorang warga Nduga yang melarikan diri ke Wamena, kota utama di Kabupaten Jayawijaya.
Selain upaya untuk menangkap tersangka pembunuh, TNI mengirim 600 tentara ke Nduga pekan lalu untuk melanjutkan pembangunan jembatan sebagai bagian dari jalan raya yang membentang lebih dari 4.300 km dari Sorong, kota terbesar di provinsi Papua Barat, ke Kabupaten Merauke, dan dijadwalkan selesai pada 2019.
MENYEDIAKAN KEAMANAN
“Personel TNI saat ini dalam perjalanan ke Timika, kemudian ke Nduga,” kata Osman Marbun, kepala Pusat Pengembangan Jalan Nasional Jayapura (BBPJN).
Para prajurit, yang berbasis di ibukota provinsi Sulawesi Selatan, akan memberikan keamanan saat bekerja pada proyek konstruksi, menurut seorang pejabat TNI.
“Enam ratus personel TNI akan dikerahkan di sekitar jalan Trans-Papua, antara Wamena dan Mumugu,” kata kepala TNI regional Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Victor Mambor (Asia Pacific Report)
Ketenangan belum kembali ke Kabupaten Nduga di provinsi Papua, Indonesia di mana pemberontak pro-kemerdekaan menewaskan 19 pekerja konstruksi pada bulan Desember. Kekerasan itu memaksa warga melarikan diri untuk menghindari bentrokan antara pemberontak dan pasukan militer Indonesia, TNI.
TNI dan polisi telah meluncurkan kode operasi bernama “Operasi Nemangkawi” untuk menangkap mereka yang diduga bertanggung jawab atas pembunuhan pekerja yang membangun jalan raya Trans-Papua.
Juru bicara TNI regional Kolonel Muhamad Aidi mengatakan belum ada penangkapan sejauh ini.
“Kami telah fokus pada pemulihan keamanan, melindungi warga negara dan orang-orang terlantar,” kata Aidi.
Sementara itu, ada kekhawatiran bahwa lebih banyak kekerasan bisa meletus.
“Kami takut untuk kembali ke desa kami karena masih ada tentara dan polisi,” kata Usman Lokbere, seorang warga Nduga yang melarikan diri ke Wamena, kota utama di Kabupaten Jayawijaya.
Selain upaya untuk menangkap tersangka pembunuh, TNI mengirim 600 tentara ke Nduga pekan lalu untuk melanjutkan pembangunan jembatan sebagai bagian dari jalan raya yang membentang lebih dari 4.300 km dari Sorong, kota terbesar di provinsi Papua Barat, ke Kabupaten Merauke, dan dijadwalkan selesai pada 2019.
MENYEDIAKAN KEAMANAN
“Personel TNI saat ini dalam perjalanan ke Timika, kemudian ke Nduga,” kata Osman Marbun, kepala Pusat Pengembangan Jalan Nasional Jayapura (BBPJN).
Para prajurit, yang berbasis di ibukota provinsi Sulawesi Selatan, akan memberikan keamanan saat bekerja pada proyek konstruksi, menurut seorang pejabat TNI.
“Enam ratus personel TNI akan dikerahkan di sekitar jalan Trans-Papua, antara Wamena dan Mumugu,” kata kepala TNI regional Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring.
Baca Artikel Selengkapnya di sini