teresastracke
New Member
Baiklah kita coba rumuskan beberapa peran keluarga yang memiliki kaitan dengan masyarakat.
1.Keluarga haruslah merupakan cermin dari masyarakat yang sehat
Banyak ayat Alkitab yang menggambarkan tentang betapa kudusnya pernikahan. Efesus 5:31-32 menyatakannya demikian, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Bila pernikahan dapat membuat kita belajar mengasihi dan saling melayani, kita pun akan siap menerapkan kasih di dalam jemaat Tuhan, dan juga masyarakat yang lebih luas.
Keluarga juga harus menjadi tempat yang aman di mana setiap anggotanya bisa belajar untuk saling menghormati. Dengan demikian, ketika kita keluar dari keluarga ke dalam masyarakat yang lebih luas, kita tidak canggung untuk berlaku benar dan sehat.
2.Keluarga menjadi tempat yang terbaik buat persemaian iman dan pembentukan karakter
Kita akan terkagum-kagum bila menyaksikan bagaimana teguhnya iman Musa sekalipun selama 40 tahun ia dididik dalam budaya Mesir yang sangat terhormat ketika itu. Kita juga terheran-heran bagaimana seorang muda seperti Jusuf dalam kedudukannya sebagai budak tetap bertahan dan menang terhadap pencobaan 's3kzual' yang maha berat. Masih ada tokoh lain yang mengagumkan, seperti Daud dan Daniel. Mereka semua hidup dalam penderitaan dan ketakutan, namun mereka memiliki pandangan iman yang melampaui dunia fisik. Mereka menjadi contoh bagaimana orang tua seharusnya mendidik anak di dalam iman sejak dini. Itu sebabnya Allah sangat meninggikan mereka dan membuat anak-anak dan keturunan mereka berbahagia.
3.Keluarga merupakan tempat pembibitan kepemimpinan dalam masyarakat
Keluarga Kristen diharapkan tidak menjadi keluarga kebanyakan, yang sama dengan keluarga-keluarga lainnya. Keluarga Kristen seharusnya mempunyai keunikan dan keistimewaan yang mampu memberikan pengaruh pada dunia sekelilingnya. Hal itu tercermin dari 1 Timotius 3:2-5 “Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Anak-anak yang mendapat contoh kepemimpinan yang baik dari orang tuanya niscaya akan mampu belajar memimpin dengan lebih cepat dibanding rekan-rekannya. Dengan demikian, mereka menjadi pemimpin yang handal di masa mendatang.
Ada beberapa tindakan praktis dan strategis sehubungan dengan peran yang dituntut dari keluarga.
1.Setiap kita hendaknya tidak jemu berbuat baik terhadap pasangan hidup kita
Kebanyakan pernikahan yang tidak harmonis dapat ditelusuri kepada dua penyebab utama, yakni karakter masing-masing pasangan, dan sikap tidak mau kalah atau tidak mau direndahkan. Pertengkaran mungkin dipicu oleh hal kecil, dan menjadi semakin berkobar karena kedua penyebab tersebut. Firman Tuhan mengajak kita untuk belajar dan melatih diri dengan meneladani Yesus Kristus.
2.Setiap pasangan orang tua harus menyediakan waktu yang cukup buat keluarga
Tanpa waktu yang memadai, kekosongan hati akan lebih sering dialami, terutama oleh anak-anak. Waktu pertemuan yang kurang akan memicu lebih banyak kesalahpahaman. Begitu pula, hal-hal yang esensial, seperti misalnya, menanamkan iman dan membentuk karakter yang baik lewat kebiasaan yang baik menjadi musykil di tengah sempitnya waktu. Merumuskan visi dan pandangan hidup juga tidak mungkin terjadi dalam keluarga. Untuk menyediakan waktu yang cukup, mau tidak mau harus ada prioritas yang ditetapkan serta juga pengorbanan akan kesenangan dan kepentingan pribadi.
3.Setiap orang tua hendaknya mengambil peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak
Ada bagian Alkitab yang sangat indah untuk kita renungkan, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” (Mazmur 127:3-5) Anak-anak tidak akan memalukan bila kita menyiapkan mereka, agar mereka kelak memiliki arah dan makna hidup. Untuk itu, kita perlu mendisiplin mereka, menyatakan kasih Kristus kepada mereka, dan membekali mereka lewat perbincangan kita bersama mereka. Bila kita setia dan tekun melaksanakan Firman Tuhan dalam keluarga kita, sinar pengaruh keluarga kita niscaya akan memancar terang dalam masyarakat. Kita pun boleh berharap bahwa masyarakat sekitar kita akan semakin sehat dan baik pula.
Keluarga adalah orang-orang yang terdekat dalam hidup kita. Apabila keharmonisan dalam keluarga tetap dijaga bahkan hidup susah pun terasa bahagia jika kebersamaan dalam keluarga takkan terpisahkan. Dan berusaha berperan aktif dalam berbakti pada lingkungan dan masyarakat. Sehingga keluarga kita dianggap keberadaanya oleh masyarakat.
1.Keluarga haruslah merupakan cermin dari masyarakat yang sehat
Banyak ayat Alkitab yang menggambarkan tentang betapa kudusnya pernikahan. Efesus 5:31-32 menyatakannya demikian, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Bila pernikahan dapat membuat kita belajar mengasihi dan saling melayani, kita pun akan siap menerapkan kasih di dalam jemaat Tuhan, dan juga masyarakat yang lebih luas.
Keluarga juga harus menjadi tempat yang aman di mana setiap anggotanya bisa belajar untuk saling menghormati. Dengan demikian, ketika kita keluar dari keluarga ke dalam masyarakat yang lebih luas, kita tidak canggung untuk berlaku benar dan sehat.
2.Keluarga menjadi tempat yang terbaik buat persemaian iman dan pembentukan karakter
Kita akan terkagum-kagum bila menyaksikan bagaimana teguhnya iman Musa sekalipun selama 40 tahun ia dididik dalam budaya Mesir yang sangat terhormat ketika itu. Kita juga terheran-heran bagaimana seorang muda seperti Jusuf dalam kedudukannya sebagai budak tetap bertahan dan menang terhadap pencobaan 's3kzual' yang maha berat. Masih ada tokoh lain yang mengagumkan, seperti Daud dan Daniel. Mereka semua hidup dalam penderitaan dan ketakutan, namun mereka memiliki pandangan iman yang melampaui dunia fisik. Mereka menjadi contoh bagaimana orang tua seharusnya mendidik anak di dalam iman sejak dini. Itu sebabnya Allah sangat meninggikan mereka dan membuat anak-anak dan keturunan mereka berbahagia.
3.Keluarga merupakan tempat pembibitan kepemimpinan dalam masyarakat
Keluarga Kristen diharapkan tidak menjadi keluarga kebanyakan, yang sama dengan keluarga-keluarga lainnya. Keluarga Kristen seharusnya mempunyai keunikan dan keistimewaan yang mampu memberikan pengaruh pada dunia sekelilingnya. Hal itu tercermin dari 1 Timotius 3:2-5 “Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Anak-anak yang mendapat contoh kepemimpinan yang baik dari orang tuanya niscaya akan mampu belajar memimpin dengan lebih cepat dibanding rekan-rekannya. Dengan demikian, mereka menjadi pemimpin yang handal di masa mendatang.
Ada beberapa tindakan praktis dan strategis sehubungan dengan peran yang dituntut dari keluarga.
1.Setiap kita hendaknya tidak jemu berbuat baik terhadap pasangan hidup kita
Kebanyakan pernikahan yang tidak harmonis dapat ditelusuri kepada dua penyebab utama, yakni karakter masing-masing pasangan, dan sikap tidak mau kalah atau tidak mau direndahkan. Pertengkaran mungkin dipicu oleh hal kecil, dan menjadi semakin berkobar karena kedua penyebab tersebut. Firman Tuhan mengajak kita untuk belajar dan melatih diri dengan meneladani Yesus Kristus.
2.Setiap pasangan orang tua harus menyediakan waktu yang cukup buat keluarga
Tanpa waktu yang memadai, kekosongan hati akan lebih sering dialami, terutama oleh anak-anak. Waktu pertemuan yang kurang akan memicu lebih banyak kesalahpahaman. Begitu pula, hal-hal yang esensial, seperti misalnya, menanamkan iman dan membentuk karakter yang baik lewat kebiasaan yang baik menjadi musykil di tengah sempitnya waktu. Merumuskan visi dan pandangan hidup juga tidak mungkin terjadi dalam keluarga. Untuk menyediakan waktu yang cukup, mau tidak mau harus ada prioritas yang ditetapkan serta juga pengorbanan akan kesenangan dan kepentingan pribadi.
3.Setiap orang tua hendaknya mengambil peran dan tanggung jawab dalam mendidik anak
Ada bagian Alkitab yang sangat indah untuk kita renungkan, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” (Mazmur 127:3-5) Anak-anak tidak akan memalukan bila kita menyiapkan mereka, agar mereka kelak memiliki arah dan makna hidup. Untuk itu, kita perlu mendisiplin mereka, menyatakan kasih Kristus kepada mereka, dan membekali mereka lewat perbincangan kita bersama mereka. Bila kita setia dan tekun melaksanakan Firman Tuhan dalam keluarga kita, sinar pengaruh keluarga kita niscaya akan memancar terang dalam masyarakat. Kita pun boleh berharap bahwa masyarakat sekitar kita akan semakin sehat dan baik pula.
Keluarga adalah orang-orang yang terdekat dalam hidup kita. Apabila keharmonisan dalam keluarga tetap dijaga bahkan hidup susah pun terasa bahagia jika kebersamaan dalam keluarga takkan terpisahkan. Dan berusaha berperan aktif dalam berbakti pada lingkungan dan masyarakat. Sehingga keluarga kita dianggap keberadaanya oleh masyarakat.