PPKM Darurat Tak Bikin Investasi Sekarat

Status
Not open for further replies.

Kukuh_03

New Member
[IMG]

Bisnis, JAKARTA – Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia telah mencetak beberapa kali rekor baru dalam sebulan terakhir. Meski demikian, hal ini tidak memiliki pengaruh besar terhadap keputusan berinvestasi di Indonesia. Jumlah kasus infeksi Covid-19 harian di Indonesia bahkan sempat bertambah 27.913 orang atau menjadi yang tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Brasil, Sabtu (3/7/2021). Kondisi tersebut diperkirakan turut memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia khususnya untuk kuartal III/2021.

Pasalnya, tidak hanya lonjakan, pemerintah juga memberlakukan pembatasan ketat untuk mengendalikan laju penyebaran virus melalui PPKM darurat. Adapun, salah satu indikator perekonomian yang tidak terlalu terdampak oleh lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, yaitu investasi. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal memperkirakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 dalam negeri tidak akan memiliki pengaruh besar terhadap keputusan berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, para investor tidak hanya melihat kondisi dalam jangka pendek, namun juga jangka panjang.

Belum ada yang bisa memastikan berapa lama kondisi yang dialami oleh Indonesia saat ini akan berlangsung. “Investor biasanya tidak hanya melihat kondisi jangka pendek, tapi jangka panjang. Kenaikan kasus [Covid-19] bisa menunda rencana investasi, tapi belum tentu membatalkannya,” jelas Faisal, Senin (5/7/2021).

Selain itu, dampak kenaikan kasus Covid-19 dalam negeri terhadap investasi juga tergantung pada sektor investasi. Selain itu juga terdapat perbedaan antara investasi yang berfokus pada aktivitas di perkotaan, dengan daerah rural atau pedesaan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat penyebaran virus yang berbeda. Adapun, daerah yang melaporkan penambahan kasus baru terbanyak kemarin adalah DKI Jakarta dengan 10.485 kasus dan diikuti oleh Jawa Barat dengan 4.458 kasus. Hanya ada tiga provinsi yang melaporkan nihil kasus baru yaitu Kalimantan Utara, Gorontalo, dan Maluku.

“Tergantung pada sektor investasi. Kalau investasi yang berpusat pada aktivitas di perkotaan yang menjadi pusat pandemi, bisa jadi berkurang. Tapi investasi yang ke daerah rural atau pedalaman, seperti pertambangan atau industri pengolahan hasil tambang, biasanya tidak terlalu terpengaruh,” ujar Faisal.

Baca : Harga Obat dan Alkes Melonjak, Polisi Diminta Sikat Mafia Covid

Meski begitu, dia memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2021 berada di bawah 3 persen. Bahkan, Faisal tidak menutup kemungkinan perekonomian bisa tumbuh negatif, apabila pembatasan berlangsung lebih lama daripada yang diperkirakan.

“Karena ada lonjakan ini, berarti [diperkirakan] di bawah 3 [persen]. Lalu, tergantung berapa lama PPKM Darurat ini. Semakin lama, semakin turun pertumbuhannya, bahkan negatif. Tetapi, prediksi saya masih besar akan tetap [tumbuh] positif di kuartal III. Ada kemungkinan negatif, tapi kecil,” katanya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai investasi yang direalisasikan industri pengolahan sepanjang triwulan I/2021 menembus Rp88,3 triliun atau naik 38 persen dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar Rp64 triliun. Dari Rp88,3 triliun tersebut, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2 persen terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp219,7 triliun.

Magnet Investasi

Kinerja investasi ini diyakini tidak terlepas dari daya tarik kawasan industri yang bertumbuh, setidaknya dalam lima tahun terakhir.

"Terjadi peningkatan jumlah dan luasan kawasan industri dalam lima tahun terakhir," kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko S.A. Cahyanto, dalam keterangan pers yang dikutip, Senin (5/6/2021).

Dari sisi jumlah, terjadi peningkatan kawasan industri sebesar 47,5 persen, sedangkan dari sisi luas, kawasan industri mengalami peningkatan 15.662,02 hektare (Ha) atau sebesar 43,26 persen. Di luar Jawa, jumlah kawasan industri melonjak sebanyak 14 kawasan, dengan penambahan luas lahan 8.664,36 Ha pada 2020. “Karena di luar Jawa ketersediaan lahan masih relatif luas, sehingga terjadi peningkatan persentase luas kawasan industri di luar Jawa lebih tinggi dibanding di Jawa,” jelas Eko.

Saat ini, terdapat 131 kawasan industri di Indonesia, dengan total luas melebihi 57 ribu Ha yang siap menyambut investor potensial skala global. “Bahkan, kinerja penjualan lahan kawasan industri secara umum terus mengalami pertumbuhan,” ungkapnya.

Berdasarkan data Colliers yang melakukan penelitian penjualan lahan industri, khususnya di area Greater Jakarta yang meliputi Bogor, Tangerang, Karawang, Bekasi, dan Serang, menyebutkan bahwa penjualan lahan industri di wilayah tersebut pada 2019 mengalami kenaikan hingga 380 ha.

“Hal ini cukup mengejutkan, bahkan kenaikan juga terjadi pada 2020. Walaupun dalam situasi pandemi, kawasan industri di wilayah ini masih sempat mencatatkan penjualan lahan seluas 191,4 Ha,” imbuhnya.

Sumber : Bisnisindonesia.id
 
Status
Not open for further replies.
Loading...

Thread Terbaru

Post Terbaru

Top