andimey
New Member
Luka kronik atau luka yang tak kunjung memperlihatkan kesembuhan dalam kurun waktu 30 hari akan membutuhkan penanganan khusus. Hal tersebut kerap kali disepelekan oleh masyarakat, yang mena membuat proses penyembuhan tidak maksimal. Di sinilah kompetensi Dokter spesialis luka dalam mengikuti tatalaksana dibutuhkan.
Tatalaksana Penanganan Luka Kronis
1. Evaluasi Luka
Langkah pertama yang dilakukan oleh multidisiplin (dokter) adalah melakukan evaluasi. Yang mana mencakup cedera struktur, gangguan fungsi, risiko kontaminasi, mekanisme terjadinya luka, cedera struktur status tetanus, defisit perfusi, hingga jaringan yang hilang. Bahkan tak jarang luka karena trauma akan dicek menggunakan USG dan rontgen.
Tahap ini pun turut menyertakan evaluasi pasien, mengenai alergi, penyakit komorbiditas, nutrisi, konsumsi obat, radioterapi, dll. Dalam hal ini kondisi pasien menjadi pertimbangan penting, sebelum melakukan perawatan. Terutama untuk jenis NPWT atau negative pressure wound therapy, pasien penderita diabetes, atau ulkus tekanan.
2. Prinsip TIME
Prinsip TIME adalah singkatan dari Tissue (jaringan), Infeksi dan inflamasi, Moisture, dan Edge of wound (tepi luka). Prinsip Time sendiri menjadi salah satu solusi untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan merumuskan pendekatan ABCDE. Dalam hal ini, pendekatan tersebut akan dilakukan secara khusus pihak medis.
ABCDE sebenarnya berkaitan dengan proses diagnosis pasien (assess). Kemudian melibatkan tim multidisiplin Dokter spesialis perawatan luka (bring), dan melakukan kontrol (control). Selanjutnya, pihak dokter pun akan memutuskan terapi yang sesuai (decide) dan memberikan evaluasi ketercapaian tujuan perawatan luka (evaluate).
Lantas, di dalam proses evaluasi ini dokter akan menilai secara menyeluruh kondisi jaringan kulit. Kondisi seperti adanya materi yang menempel akan dilihat pertama kali. Kemudian kondisi slough yang dicek tentang warnanya, tekstur, hingga unsur negatif lainnya akan dicatat dengan baik. Jaringan granulasi hingga kebutuhan pembersihan dan NPWT pun akan diperhatikan.
Respon kulit berupa inflamasi hingga kondisi infeksi pun tak luput dari pemantauan ketat. Evaluasi layaknya penyebab luka hingga risiko infeksi berkepanjangan, hingga kebutuhan penanganan yang sesuai pun akan dilakukan. Begitu pula dengan kondisi moisture atau kelembaban luka kronik yang tinggi.
Faktor moisture adalah evaluasi yang penting untuk dikenali karena kondisinya dapat berpengaruh secara langsung pada faktor penyembuhan. Bahkan dalam kasus tertentu kondisi yang tidak baik akan merusak integritas kulit sekitar. Sedangkan tepi luka akan menjadi penanda efikasi perawatan, hingga kemajuan epitelialisasi dan kontraksi.
3. Evaluasi Aspek Lainnya
Dokter spesialis perawatan luka pun akan memperhatikan aspek lain yang berpengaruh pada penyembuhan. Seperti intervensi bedah, debrimen, hingga masalah psikososial pada pasien. Aspek lain ini sendiri pun termasuk pelibatan pasien dalam manajemen luka berupa edukasi dan sosialisasi hingga pemberian terapi non farmakologis.
Karena luka kronis cenderung dikaitkan dengan kondisi yang lebih parah, tak heran jika akan dibutuhkan tindakan khusus yang tak sembarangan. Bantuan tangan medis menjadi nilai terpenting yang harus dipertimbangkan para pasien. Pasalnya, tatalaksananya pun perlu pemahaman khusus begitu pula dengan kebutuhan peralatan khusus yang digunakan.
baca jg : https://app.gumroad.com/oktvnmar/p/cari-tahu-perbedaan-prosedur-pada-ekokardiografi-janin-perut-dan-m1ss v-simak-disini