politik
New Member
Dalam pidato kebangsaannya, calon presiden Prabowo Subianto menyuarakan perlindungannya terhadap ulama, keinginannya untuk meningkatkan kualitas pesantren, serta membangun lembaga keuangan untuk Haji. Prabowo mengakhiri pidatonya dengan berteriak Allahu Akbar tiga kali, yang disambut dengan sorak-sorai yang keras dari ratusan penonton. Para analis mengatakan bahwa penekanan Prabowo pada Islam adalah taktik untuk memenangkan pemilih Muslim. Namun akankah ia berhasil?
Oleh: Resty Woro Yuniar (South China Morning Post)
Calon presiden Prabowo Subianto, berusaha menumbuhkan citra sebagai seorang Muslim yang saleh, di mana para analis menyebut pidato kebangsaannya baru-baru ini sebagai upaya untuk meningkatkan elektabilitas dan daya tariknya di antara blok suara Muslim yang signifikan di negara itu, menjelang pemilu pada 17 April mendatang.
Mantan jenderal itu menghadapi Presiden Joko Widodo dalam pemungutan suara, yang merupakan pengulangan tahun 2014, ketika ia kalah dari Jokowi dengan selisih hanya 6 persen. Kali ini, ia mengklaim bahwa Indonesia di bawah Jokowi telah mengalami pembengkakan utang luar negeri, dan tidak akan bertahan lebih dari tiga hari jika terperangkap dalam perang karena kurangnya peluru di gudang persenjataannya.
Dalam rapat umum pada Senin (14/1), Prabowo—yang mengenakan setelan hitam formal sebagai ganti baju putih dan celana khaki khasnya—membahas misinya untuk mengembalikan Indonesia ke jalur kemenangannya, jika ia diberi mandat untuk memimpin 260 juta masyarakat di Indonesia.
Pasangannya—pengusaha terkenal dan mantan Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno—berdiri di sampingnya sepanjang pidato.
Prabowo juga berulang kali berjanji untuk melindungi semua pemimpin agama—di antara mereka adalah ulama Muslim—mengutip kontribusi signifikan mereka dalam perjuangan empat tahun untuk memenangkan kemerdekaan negara dari Belanda setelah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
“Kami akan pastikan ulama-ulama kita dihormati, dan bebas dari ancaman kriminalisasi. Ini menjadi sangat penting, karena peran ulama dalam kemerdekaan bangsa kita demikian penting,” katanya. “Karena itu, bagi bangsa Indonesia, janganlah pernah kita tidak hormati kiai-kiai kita, ulama-ulama kita, dan pemuka-pemuka agama lain yang memimpin kita.”
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Resty Woro Yuniar (South China Morning Post)
Calon presiden Prabowo Subianto, berusaha menumbuhkan citra sebagai seorang Muslim yang saleh, di mana para analis menyebut pidato kebangsaannya baru-baru ini sebagai upaya untuk meningkatkan elektabilitas dan daya tariknya di antara blok suara Muslim yang signifikan di negara itu, menjelang pemilu pada 17 April mendatang.
Mantan jenderal itu menghadapi Presiden Joko Widodo dalam pemungutan suara, yang merupakan pengulangan tahun 2014, ketika ia kalah dari Jokowi dengan selisih hanya 6 persen. Kali ini, ia mengklaim bahwa Indonesia di bawah Jokowi telah mengalami pembengkakan utang luar negeri, dan tidak akan bertahan lebih dari tiga hari jika terperangkap dalam perang karena kurangnya peluru di gudang persenjataannya.
Dalam rapat umum pada Senin (14/1), Prabowo—yang mengenakan setelan hitam formal sebagai ganti baju putih dan celana khaki khasnya—membahas misinya untuk mengembalikan Indonesia ke jalur kemenangannya, jika ia diberi mandat untuk memimpin 260 juta masyarakat di Indonesia.
Pasangannya—pengusaha terkenal dan mantan Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno—berdiri di sampingnya sepanjang pidato.
Prabowo juga berulang kali berjanji untuk melindungi semua pemimpin agama—di antara mereka adalah ulama Muslim—mengutip kontribusi signifikan mereka dalam perjuangan empat tahun untuk memenangkan kemerdekaan negara dari Belanda setelah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
“Kami akan pastikan ulama-ulama kita dihormati, dan bebas dari ancaman kriminalisasi. Ini menjadi sangat penting, karena peran ulama dalam kemerdekaan bangsa kita demikian penting,” katanya. “Karena itu, bagi bangsa Indonesia, janganlah pernah kita tidak hormati kiai-kiai kita, ulama-ulama kita, dan pemuka-pemuka agama lain yang memimpin kita.”
Baca Artikel Selengkapnya di sini