Menghadapi Quarter Life Crisis: Saat Hidup Terasa di Persimpangan

Jon E8

Member
Pernah nggak sih kamu merasa hidup kayak “pause”? Kayak semua orang di sekelilingmu sudah tahu mau ke mana, tapi kamu sendiri masih bingung, mau ngapain dan mulai dari mana. Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami quarter life crisis — fase yang dialami banyak orang di usia 20-an hingga awal 30-an. Tenang, kamu nggak sendirian kok.

Apa Sebenarnya Quarter Life Crisis Itu?
Quarter life crisis adalah masa ketika seseorang mulai mempertanyakan arah hidupnya — pekerjaan, hubungan, bahkan jati diri. Biasanya, ini muncul setelah kita mulai masuk ke dunia kerja atau menghadapi tanggung jawab orang dewasa.

Contohnya, kamu baru beberapa tahun lulus kuliah, kerja di tempat yang “aman”, tapi tiap pagi rasanya berat banget buat berangkat. Lalu muncul pertanyaan di kepala, “Ini beneran jalan hidupku nggak, ya?” atau “Apa aku cuma ikut arus?” Nah, momen kayak gini sering jadi pemicu quarter life crisis.

Kenapa Banyak Orang Mengalaminya?
Di usia 20-an, kita berada di fase “transisi” antara dunia muda dan dunia dewasa. Banyak tekanan datang bersamaan: ekspektasi dari keluarga, perbandingan di media sosial, hingga tuntutan finansial.

Misalnya, kamu buka Instagram dan lihat teman seangkatan sudah punya bisnis, rumah, atau pasangan ideal. Sementara kamu masih struggling menabung atau bahkan baru cari arah hidup. Wajar banget kalau muncul rasa cemas, takut ketinggalan, atau bahkan minder.

Padahal, setiap orang punya waktunya masing-masing. Cuma, sayangnya, pikiran kita sering lupa soal itu.

Cara Menghadapinya Tanpa Bikin Diri Tambah Tertekan
  1. Kenali dan terima perasaanmu.
    Langkah pertama yang paling penting adalah mengakui bahwa kamu sedang nggak baik-baik saja. Nggak perlu langsung mencari solusi besar. Kadang, cukup berhenti sejenak dan bilang ke diri sendiri, “Oke, aku lagi bingung, dan itu nggak apa-apa.”

  2. Kurangi perbandingan sosial.
    Scroll media sosial boleh, tapi jangan sampai jadi sumber stres. Kamu cuma lihat highlight hidup orang lain, bukan realitas penuh mereka. Coba batasi waktu online dan fokus ke perkembangan diri sendiri.

  3. Eksperimen dengan hal baru.
    Nggak semua orang langsung nemu passion-nya di awal. Coba ambil kelas online, ikut komunitas, atau mulai proyek kecil. Siapa tahu dari situ muncul jalan baru yang nggak kamu sangka.

  4. Bangun rutinitas yang menenangkan.
    Bisa mulai dari hal sederhana: jalan pagi, journaling, atau meditasi ringan. Aktivitas ini bantu kamu menata pikiran supaya nggak kalut terus.

  5. Cari teman cerita atau mentor.
    Kadang, kita cuma butuh didengar. Cerita ke orang yang kamu percaya, atau ikut forum tempat orang lain juga berbagi pengalaman. Dari sana, kamu bakal sadar kalau ternyata banyak yang ngalamin hal serupa.
Hidup Nggak Harus Sempurna di Usia 25
Sering kali, kita terlalu keras sama diri sendiri karena merasa harus “berhasil” sebelum usia tertentu. Padahal, nggak ada timeline yang saklek. Ada yang sukses di usia 23, ada juga yang baru menemukan passion di usia 35 — dan dua-duanya sama berharganya.

Kalau kamu lagi di fase bingung dan overthinking, coba lihat ke belakang sebentar. Ada banyak hal yang sudah kamu lewati dan pelajari, meskipun mungkin belum semuanya berjalan mulus. Itu tetap progress.

Karena pada akhirnya, hidup bukan soal siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang tetap berjalan meski jalannya pelan.

Dan kalau kamu lagi di titik reflektif — ingin menghargai diri sendiri atas semua perjalanan yang sudah kamu lewati — kamu bisa baca inspirasi kata-kata di artikel ini: kata-kata ulang tahun untuk diri sendiri yang penuh makna dan refleksi.
 
Loading...
Top